Kamis, 24 November 2011

Sepat Siam


Sepat siam (Trichogaster pectoralis) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku gurami (Osphronemidae). Di Jawa Timur ia juga dikenal dengan nama sliper. Dalam bahasa Inggris disebut Siamese gourami (Siam
adalah nama lama Thailand) atau snake-skin gouramy, merujuk pada
pola warna belang-belang di sisi
tubuhnya.
Ikan rawa yang bertubuh sedang,
panjang total mencapai 25cm; namun umumnya kurang dari 20 cm. Lebar pipih, dengan mulut agak
meruncing.

Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. Rumus sirip punggungnya: VII (jari-jari keras atau duri) dan 10–11 (jari-jari lunak); dan sirip anal IX- XI, 36–38.

Ikan yang liar biasanya berwarna
perak kusam kehitaman sampai agak kehijauan pada hampir seluruh
tubuhnya. Terkadang sisi tubuh
bagian belakang nampak agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman, yang hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari belakang mata hingga ke pangkal ekor.

Seperti umumnya sepat, ikan ini menyukai rawa-rawa, danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang; terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air.Juga kerap terbawa oleh banjir dan masuk ke kolam- kolam serta saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Sebagian besar makanan sepat siam adalah tumbuh-tumbuhan air dan lumut. Namun ikan ini juga mau memangsa hewan-hewan kecil di air, termasuk ikan-ikan kecil yang dapat termuat di mulutnya. Ikan ini sering ditemui di tempat-tempat yang kelindungan oleh vegetasi atau sampah-sampah yang menyangkut di tepi air.

Ikan sepat siam menyimpan telur-
telurnya dalam sebuah sarang busa yang dijagai oleh si jantan. Setelah
menetas, anak-anak sepat diasuh
oleh bapaknya itu hingga dapat
mencari makanan sendiri.
Sebagaimana kerabat dekatnya yakni
tambakan, gurami, betok dan cupang, sepat siam tergolong ke dalam anak bangsa Anabantoidei. Kelompok ini dicirikan oleh adanya organ labirin (labyrinth) di ruang insangnya, yang amat berguna untuk membantu menghirup oksigen langsung dari udara. Adanya labirin ini memungkinkan ikan-ikan tersebut hidup di tempat-tempat yang miskin oksigen seperti rawa-rawa, sawah dan lain-lain. Akan tetapi, tak seperti ikan-ikan yang mempunyai kemampuan serupa (lihat misalnya ikan gabus, betok, atau lele), ikan sepat tak mampu bertahan lama di
luar air. Ikan ini justru dikenal amat mudah mabuk dan lekas mati jika ditangkap.

Penyebaran asli ikan ini adalah di
wilayah Asia Tenggara, terutama di lembah Sungai Mekong di Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam; juga dari lembah Sungai Chao Phraya . Ikan ini diintroduksi ke Filipina, Malaysia, Indonesia, Singapura, Papua Nugini, Sri Lanka, dan Kaledonia Baru. Sepat siam dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1934, untuk dikembangkan pembudidayaannya di kolam-kolam dan sawah. Tahun 1937, sepat ini dimasukkan ke Danau Tempe di Sulawesi dan sedemikian berhasil, sehingga dua tahun kemudian ikan ini mendominasi 70% hasil ikan Danau Tempe. Saat ini sepat siam telah meliar dan berbiak di berbagai tempat di alam bebas, termasuk di Jawa.

Sepat siam merupakan ikan
konsumsi yang penting, terutama
sebagai sumber protein di daerah pedesaan. Selain dijual dalam keadaan segar di pasar, sepat siam kerap diawetkan dalam bentuk ikan asin dan diperdagangkan antar pulau di Indonesia.
Tidak seperti jenis sepat yang lain,
sepat siam kurang populer sebagai
ikan akuarium. Namun terdapat beberapa varian yang berwarna cerah (putih, kuning atau merah) yang diperdagangkan sebagai ikan hias. Di Thailand, sepat siam merupakan salah satu dari lima ikan air tawar terpenting yang dibudidayakan untuk konsumsi maupun untuk akuarium.

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar