Jumat, 25 November 2011

Kapar


Kapar, Belontia hasselti dari Toba, Sanggau, Kalbar

Kapar, ketoprak atau beloncah (Belontia hasselti) adalah nama sejenis ikan dari suku gurami-guramian (Osphronemidae). Ikan ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti kakapar, kopar, selincah (bahasa Melayu Sumatra dan Kalimantan), kumpang (Kalbar) atau ketoprak, tambakan (dialek Betawi). Terutama ditemukan dari perairan gambut, ikan ini biasa dikonsumsi secara lokal dan belakangan juga diperdagangkan sebagai ikan hias. Dalam bahasa Inggris ikan ini dikenal sebagai Javan combtail atau Malay combtail.

PENGENALAN
Ikan yang bertubuh relatif pipih
sedikit melebar, panjang total
(termasuk ekor) hingga 19,5 cm; sekira 2,5–3,5 × tinggi tubuhnya. Moncongnya meruncing seperti sepat, namun juntai ‘cambuk’ sirip perutnya tidak seberapa panjang. Sirip dorsal (punggung) terdiri dari
XVI – XX jari-jari (duri) keras dan
10–13 jari-jari lunak; sirip analnya XV – XVII dan 11–13. Badan berwarna kecoklatan, dengan pinggiran hitam pada tiap-tiap sisiknya. Ekor dengan pola jala berwarna hitam. Ikan remaja dengan bercak hitam pada pangkal sirip punggung bagian belakang.

AGIHAN DAN PEMANFAATAN
Ikan kapar menyebar secara alami di Semenanjung Malaya, Singapura, dan Kepulauan Sunda Besar (Sumatra, Kalimantan, dan Jawa, khususnya di sekitar Jakarta). Ikan ini hidup di sungai dan telaga. Di pedalaman, umumnya ikan kapar ditangkap dengan jala atau dipancing untuk dikonsumsi. Namun belakangan ikan ini juga digemari sebagai ikan hias. Eropa pertama kali mengimpor jenis ini pada tahun 1968 dari Singapura, yang dimasukkan ke negara Jerman.

HABITAT DAN KEBIASAAN

Belontia hasselti, panjang total 95mm

Kondisi lingkungan yang cocok untuk Belontia hasselti adalah air dengan temperatur 22–28 °C, dan pH 6,5 - 8,0.

Jenis ikan ini memiliki kebiasaan
tidur yang aneh yaitu diam tak
bergerak pada dasar air tempat ia
berada, bahkan kadang dalam posisi
berbaring sehingga terlihat seperti mati.

ETIMOLOGI
Ikan ini dideskripsi pertama kali oleh G. Cuvier dan A. Valenciennes pada tahun 1831, dengan nama Polyacanthus hasseltii. Nama
spesiesnya diberikan untuk menghormati J.C. van Hasselt, seorang ahli biologi dan naturalis
yang bekerja di Hindia Belanda.

Nama marga Belontia (Myers, 1923) dipungut dari belonca atau beloncah, nama lokalnya di sekitar Palembang.

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar