Minggu, 27 November 2011

Keindahan Fanorama Air

Buat kamu yang suka menikmati keindahan - keindahan alam, berikut ini adalah foto - foto yang menampilkan keindahan dari elemen air. Keindahan yang mungkin sering anda lihat namun tidak pernah anda untuk mencoba mengabadikannya.











Sumber :
harianblogger.blogspot.com/2011/11/keindahan-fanorama-air.html?m=1

Sabtu, 26 November 2011

Lele / ikan pintet


Lele kampung, Clarias batrachus

Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.

NAMA-NAMA LELE DI NUSANTARA
Lele, adalah secara ilmiah, terdiri
dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di
Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia).

Di negara lain dikenal dengan nama
mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka), ナマズ (Jepang) dan 鲇形目 (Tiongkok). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air.

PEMERIAN
Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari
tubuhnya yang licin memanjang tak
bersisik, dengan sirip punggung dan
sirip anus yang juga panjang, yang kadang-kadang menyatu dengan sirip
ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi
dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Ada yang mengatakan,bahwa patil ini tidak hanya tajam tapi juga beracun dan mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkena patil tersebut.

HABITAT DAN PERILAKU
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.

Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami umumnya,namun ada beberapa jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih dari 2kg,contohnya lele Wels dari Amerika.

KEGUNAAN

Lele dumbo

Banyak jenis lele yang merupakan
ikan konsumsi yang disukai orang.
Sebagian jenis lele telah dibiakkan
orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi
liar di alam. Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya adalah jenis asing yang
didatangkan (diintroduksi) dari Afrika.

Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa
menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya.

Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat- tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik- jentik nyamuk.

PRODUKSI DI INDONESIA
Lele adalah ikan budidaya air tawar
yang sangat populer. Produksi
budidaya meningkat tajam tiap tahun, selama lima tahun terakhir, antara lain karena luasnya pasar bagi lele. Lele disukai konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari sisi budidaya, lele relatif tidak
memerlukan banyak perawatan dan
memiliki masa tunggu panen yang
singkat.

Pengolahan yang paling populer adalah dengan digoreng, dan disajikan sebagai pecel lele. Bentuk pengolahan lain adalah dengan diberi bumbu mangut (mangut lele).

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Manis-Gurih Khas Kalimantan Selatan


SEKILAS kue ini terlihat padat. Namun ketika dicicipi, tekstur kue terasa lembut mirip seperti tahu. Rasanya manis dan legit. Sungguh nikmat wadai bingka ini.
Wadai bingka atau kue bingka dalam
bahasa Banjar mempunyai permukaan kecokelatan dan dicetak berbentuk bunga. Kue bingka mirip
kue lumpur, namun ukurannya lebih besar. Salah satu bahan campuran yang digunakan dalam pembuatannya adalah kentang. Bisa juga menggunakan nangka serta tapai, tapi cita rasanya tak dapat
mengalahkan kentang dan memang
kentang yang paling banyak diminati. Inilah kue kebanggaan masyarakat Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Untuk membuatnya pun tidak mudah.
Baik bagian atas maupun bawah kue
harus matang merata sehingga pada waktu memanggangnya harus
diperhatikan benar-benar agar tidak
gosong di satu sisi. “Dulu untuk membuat kue ini menggunakan pembakaran tradisional, dibakar di atas bara api. Sekarang memanggangnya di oven,
lebih praktis,” ujar Cendi Adhi SR,
pemilik rumah makan Soto Banjar Nyaman Ibu H Amir di bilangan
Antasari, Jakarta Selatan. Cendi melanjutkan, ketika memanggang, suhu diatur 180 derajat Celsius selama 45 menit dan terus dipantau agar matang sempurna sembari membolak-balik kue. Untuk membuat kue ini diperlukan telur bebek yang cukup banyak. Dipilihnya telur bebek karena bakal menghasilkan kue bingka dengan tekstur yang lebih padat ketimbang memakai telur ayam. Bingka boleh saja terkenal, tapi kue ini bukan satu-satunya kudapan asli provinsi beribukota Banjarmasin. Kue puteri selat, bingka barandam, lam, kelalapon, kikicak, untuk-untuk, cincin, sari muka, sari pengantin,
amparan tatak, pais pisang, dan
kararaban juga disanjung masyarakat setempat.
“Pada dasarnya hampir semua kue
Kalimantan Selatan dominan dengan rasa manis gurih dan banyak menggunakan santan,” kata Cendi. Cendi mencontohkan amparan tatak. Kue basah ini terkenal sejak dulu dan tetap eksis sampai sekarang. Orang lebih mengenalnya dengan sebutan nangka susun. Dulu amparan tatak murni terbuat dari pisang masak bercampur tepung beras dengan tambahan garam secukupnya, kemudian dikukus. Kalau mau lebih
enak, dalam pengolahan ditambah santan serta gula pasir. Tampilannya tanpa lapisan atas yang umumnya berwarna putih seperti sekarang. Pada amparan tatak tradisional, pisang masak yang digunakan tidak harus jenis pisang talas yang sekarang banyak
digunakan. Namun, bisa pisang
emas atau jenis pisang lain, bahkan
terkadang nangka.Adapun puteri selat memiliki cita rasa manis dan lembut. Warna hijaunya didapat dari pandan dan lagi-lagi santan kelapa muda tidak absen digunakan. Kue yang dikukus ini memiliki dua lapisan. Lapisan atas adonan bergula merah, sementara lapisan bawahnya ketan. Kue ini menjadi kue kegemaran kaum bangsawan pada masa Kerajaan Banjar. Konon, kue puteri selat pertama kali diperkenalkan oleh Putri Junjung Buih, seorang putri dari Kerajaan Negara Dipa yang menikah dengan Pangeran Suryanata dari Majapahit. Kue puteri selat hampir mirip dengan sari muka, kue tradisional yang terbuat dari bahan utama tepung beras serta sagu yang ditambahkan kembali dengan santan. Untuk membuatnya, ketan dikukus sampai setengah matang dan dicampur santan. Kue ini memang harus melalui proses mengukus beberapa kali. Terakhir, ketan yang sudah setengah matang dituangi adonan gula merah, gula pasir, telur, vanili, dan garam.
Kue khas Kalimantan Selatan yang
lain adalah untuk-untuk. Kue ini semacam roti dan cukup sulit mengolahnya. Menggorengnya harus dengan dua kompor, satu dengan api kecil dan kompor lain berisi wajan dengan minyak yang sudah panas. Sambil menggoreng, kue ditusuk-tusuk agar bagian dalamnya juga matang, lalu dibolak-balik. Baru kemudian pindahkan ke kompor dengan wajan berisi minyak panas. Bagian dalam kue ini berisi kelapa yang diberi gula merah. Lain lagi dengan kue lam dari Kota Barabai. Bentuknya persegi dan ada dua jenis: kue basah dan kering. Kue lam kering rasanya amat manis. Kue ini mempunyai bentuk berlapis-lapis. Kendati demikian, lam berbeda dengan kue lapis dari daerah lain. Kue lam sedikit menggunakan tepung sehingga rasa manisnya lebih terasa. Ukurannya pun cukup besar, dalam pembuatannya bisa menggunakan 20–30 butir telur. Tidak sedikit wisatawan yang memburu kue lam sebagai buah tangan. Di samping karena rasanya yang legit, kue ini juga mampu bertahan hingga lebih dari satu minggu. Kue lam bisa dibilang salah satu pusaka kuliner Kalimantan Selatan yang masih tersisa. Biasanya pada bulan Ramadhan, aneka jajanan pasar ini bisa ditemukan di Pasar Wadai yang terletak di tepi Sungai Martapura, Kota Banjarmasin. Orang Banjar biasanya menjadikan kue-kue tersebut sebagai hidangan penutup setelah makan atau sehabis salat tarawih.
Sumber :
www.okefood.com/read/2011/07/12/299/478894/manis-gurih-khas-kalimantan-selatan

Lopis / Ikan pipih


Kawanan ikan lopis

Ikan lopis merupakan jenis ikan sungai yang tergolong dalam suku Notopteridae (ikan berpunggung pisau). Ikan ini lebih populer dengan nama ikan belida/belido, yang diambil dari nama salah satu sungai di Sumatera Selatan yang menjadi habitatnya. Orang Banjar menyebutnya ikan pipih . Jenis ini dapat ditemui di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Semenanjung Malaya, meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena rusaknya mutu sungai dan penangkapan. Ikan ini merupakan bahan baku untuk sejenis kerupuk khas dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang. Dulu lopis juga dipakai untuk pembuatan pempek namun sekarang diganti dengan tenggiri. Tampilannya yang unik juga membuatnya dipelihara di akuarium sebagai ikan hias.

Karena berpotensi ekonomi dan
terancam punah, lembaga penelitian
berusaha menyusun teknologi budidayanya. Hingga 2005, Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, di Kalimantan Selatan telah mencoba membudidayakan, menangkarkan serta memperbanyak benih ikan belida.

PEMERIAN DAN PENANGKARAN BENIH

Lopis jantan

Ikan air tawar, pemangsa ikan kecil
dan krustasea, dewasa berukuran 1,5-7 kg, dengan ciri khas ikan
berpunggung pisau: punggungnya
meninggi sehingga bagian perut
tampak lebar dan pipih. Lopis
dicirikan melalui sirip duburnya yang menyambung dengan sirip ekor berawal tepat di belakang sirip perut yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil. Bentuk kepala dekat punggung cekung dan rahangnya semakin panjang sesuai dengan meningkatnya umur sampai jauh melampaui batas bagian belakang mata pada ikan yang sudah besar.

Betina memiliki sirip perut relatif pendek dan tidak menutup bagian urogenital, alat kelamin berbentuk bulat. Ketika birahi (matang gonad), bagian perut membesar dan kelamin memerah. Jantan memiliki sirip perut lebih panjang dan menutup bagian urogenital, alat kelamin berbentuk tabung, ukuran lebih kecil daripada betina. Jika jantan siap pijah alat kelamin memerah dan mengeluarkan cairan putih (cairan sperma) jika ditekan/diurut.
Telur biasanya diletakkan di batang terendam pada kedalaman hingga 1m. Dalam rekayasa penangkaran, batang bambu atau papan dipakai sebagai tempat penempelan telur. Pemijahan dilakukan pada musim penghujan (di BBAT Agustus hingga Maret). Dalam sekali pemijahan, seekor betina rata- rata menghasilkan 288 butir telur, meskipun dapat menghasilkan hampir dua kali lipat dari jumlah itu. Derajat pembuahan berkisar 30-100 %. Derajat penetasan 72,2% dan sintasan (survival rate) larva adalah 64,2%. Larva menetas sekitar 72-120 jam (3-5 hari) pada suhu air 29-30 °C.

Larva bersifat kanibal sehingga perlu perlindungan. Benih berusia 3 hari sudah mulai dapat makan udang artemia. Benih berusia satu bulan sudah dapat dideder di akuarium, dan satu bulan kemudian siap dideder di kolam. Ikan dengan ukuran 15cm siap untuk pembesaran.

Belida lebih aktif pada malam hari,
dan mulai respon terhadap makanan pada sore hari. Hewan ini menyukai bagian gelap dari sungai, biasanya hidup di lubuk di bawah pepohonan.

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Jumat, 25 November 2011

Kapar


Kapar, Belontia hasselti dari Toba, Sanggau, Kalbar

Kapar, ketoprak atau beloncah (Belontia hasselti) adalah nama sejenis ikan dari suku gurami-guramian (Osphronemidae). Ikan ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti kakapar, kopar, selincah (bahasa Melayu Sumatra dan Kalimantan), kumpang (Kalbar) atau ketoprak, tambakan (dialek Betawi). Terutama ditemukan dari perairan gambut, ikan ini biasa dikonsumsi secara lokal dan belakangan juga diperdagangkan sebagai ikan hias. Dalam bahasa Inggris ikan ini dikenal sebagai Javan combtail atau Malay combtail.

PENGENALAN
Ikan yang bertubuh relatif pipih
sedikit melebar, panjang total
(termasuk ekor) hingga 19,5 cm; sekira 2,5–3,5 × tinggi tubuhnya. Moncongnya meruncing seperti sepat, namun juntai ‘cambuk’ sirip perutnya tidak seberapa panjang. Sirip dorsal (punggung) terdiri dari
XVI – XX jari-jari (duri) keras dan
10–13 jari-jari lunak; sirip analnya XV – XVII dan 11–13. Badan berwarna kecoklatan, dengan pinggiran hitam pada tiap-tiap sisiknya. Ekor dengan pola jala berwarna hitam. Ikan remaja dengan bercak hitam pada pangkal sirip punggung bagian belakang.

AGIHAN DAN PEMANFAATAN
Ikan kapar menyebar secara alami di Semenanjung Malaya, Singapura, dan Kepulauan Sunda Besar (Sumatra, Kalimantan, dan Jawa, khususnya di sekitar Jakarta). Ikan ini hidup di sungai dan telaga. Di pedalaman, umumnya ikan kapar ditangkap dengan jala atau dipancing untuk dikonsumsi. Namun belakangan ikan ini juga digemari sebagai ikan hias. Eropa pertama kali mengimpor jenis ini pada tahun 1968 dari Singapura, yang dimasukkan ke negara Jerman.

HABITAT DAN KEBIASAAN

Belontia hasselti, panjang total 95mm

Kondisi lingkungan yang cocok untuk Belontia hasselti adalah air dengan temperatur 22–28 °C, dan pH 6,5 - 8,0.

Jenis ikan ini memiliki kebiasaan
tidur yang aneh yaitu diam tak
bergerak pada dasar air tempat ia
berada, bahkan kadang dalam posisi
berbaring sehingga terlihat seperti mati.

ETIMOLOGI
Ikan ini dideskripsi pertama kali oleh G. Cuvier dan A. Valenciennes pada tahun 1831, dengan nama Polyacanthus hasseltii. Nama
spesiesnya diberikan untuk menghormati J.C. van Hasselt, seorang ahli biologi dan naturalis
yang bekerja di Hindia Belanda.

Nama marga Belontia (Myers, 1923) dipungut dari belonca atau beloncah, nama lokalnya di sekitar Palembang.

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Baung


Baung adalah nama segolongan ikan yang termasuk ke dalam marga Hemibagrus, suku Bagridae. Ikan yang menyebar luas di India, Cina selatan dan Asia Tenggara ini juga dikenal dengan banyak nama daerah, seperti ikan duri, baong, baon (Mly.), bawon (Btw.), senggal atau singgah (Sd.), tagih atau tageh (Jw.), niken, siken, tiken, tiken bato (Kalteng), dan lain- lain.

Baung masih sekerabat dengan lele (bangsa Siluriformes). Nama marganya, Hemibagrus, berasal dari kata bahasa Latin hemi yang berarti “setengah” atau “separuh”, dan bagrus, yang dipungut dari pelafalan Muzarab bagre atas perkataan Yunani pagros, yakni nama sejenis ikan laut (Ingg.: seabream).

PENGENALAN

Kepala baung kuning yang masih kecil. Darmaga, Bogor

Marga Hemibagrus pada mulanya dianggap satu dengan marga Mystus (ikan-ikan keting atau lundu), atau yang sebelumnya dikenal sebagai Macrones. Marga ini dipisahkan, salah satunya ialah karena anggotanya yang dewasa umumnya memiliki tubuh yang berukuran besar. Sejenis baung dari Indocina bagian tengah, H. wyckioides, diketahui sebagai jenis baung terbesar yang dapat mencapai bobot tubuh 80 kg. Bertubuh agak mirip dengan lele, ikan-ikan baung memiliki kepala yang memipih agak
mendatar, dengan bagian tulang tengkorak yang kasar di atas kepala tak tertutupi oleh kulit, dan sirip
lemak yang berukuran sedang berada di belakang sirip punggung (dorsal). Baung bertubuh licin tanpa sisik di tubuhnya; dan serupa dengan lundu dan patin, baung memiliki tiga duri yang berbisa (patil), yakni pada sepasang sirip dadanya, dan sebuah lagi berada di awal sirip punggungnya.

SIFAT BIOLOGIS
Baung adalah ikan air tawar yang
dapat hidup dari perairan di muara
sungai sampai ke bagian hulu.
Bahkan di Sungai Musi (Sumatera
Selatan), baung ditemukan sampai ke muara sungai di daerah pasang surut yang berair sedikit payau. Selain itu, ikan ini juga banyak ditemui di tempat-tempat yang letaknya di daerah banjir. Secara umum, baung dinyatakan sebagai ikan yang hidup di perairan umum seperti sungai, rawa, situ, danau, dan waduk.

Baung bersifat noktural. Artinya,
aktivitas kegiatan hidupnya (mencari makan, dll) lebih banyak dilakukan pada malam hari. Selain itu, baung juga memiliki sifat suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai tempat habitat hidupnya. Di alam, baung termasuk ikan pemakan segala (omnivora). Namun ada juga yang menggolongkannya sebagai ikan carnivora, karena lebih dominan memakan hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil (Arsyad, 1973). Pakan baung antara lain ikan-ikan kecil, udang-udang kecil, remis, insekta, molusca, dan rumput.

PEMANFAATAN
Di Asia Tenggara, baung merupakan ikan konsumsi yang penting. Tekstur dagingnya berwarna lembut, putih, tebal tanpa duri halus, sehingga sangat digemari masyarakat. Berbagai masakan ikan baung yang terkenal enak, di antaranya adalah pindang baung dari Sumatera Selatan dan baung asam padeh dari Riau, serta ikan baung panggang dari Kalimantan. Selain itu, ikan baung juga biasa dijadikan ikan asap.

Salah satu jenisnya, yakni baung
putih (H. nemurus), telah berhasil
dikembangkan pembenihannya dan
dibudidayakan oleh Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi semenjak tahun 1998.

JENIS-JENISNYA
Secara biogeografi, marga Hemibagrus diketahui menyebar luas di sebelah timur lembah Sungai Gangga – Brahmaputra dan di selatan aliran Sungai Yangtze. Ragam jenis yang tertinggi berkembang di wilayah Paparan Sunda.

yang ingin tau untuk spesies-spesiesnya liat saja di id.m.wikipedia.org

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Lundu


Lundu alias keting adalah nama umum bagi sekelompok ikan air tawar yang tergolong ke dalam marga Mystus (suku Bagridae, bangsa Siluriformes). Banyak nama lokal yang disematkan ke ikan-ikan ini, beberapa di antaranya adalah keting, kating, ndaringan, sengat, senggiringan, ririgi, kelibere dan lain-lain bergantung kepada spesies dan daerahnya.

Kelompok ikan dalam marga Mystus sangat beragam, terdiri dari jenis-jenis ikan yang berukuran kecil sampai sedang. Sistematika kelompok ini masih belum mantap
dan memerlukan kajian lebih lanjut.Kekerabatan filogenik di dalam marga ini belum diketahui dengan
jelas, meski diduga ada dua garis
kekerabatan utama. Akan tetapi
diyakini sejak tahun 2005 bahwa marga ini bersifat parafiletik.

Marga Mystus diyakini memiliki
asal-usul dari wilayah Asia Selatan dan Tenggara.Sebelumnya, marga ini juga dikenal dengan nama
lain Macrones, nama yang kini tidak dipakai lagi karena telah digunakan lebih dulu sebagai nama marga sejenis kumbang (Coleoptera).

yang ingin tau untuk spesies-spesiesnya liat saja di id.m.wikipedia.org

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Patin


Patin (jambal) siam Pangasius hypophthalmus

Patin adalah sekelompok ikan berkumis (Siluriformes) yang termasuk dalam genus Pangasius, famili Pangasiidae. Nama "patin" juga disematkan pada salah satu anggotanya, P. nasutus. Kelompok hewan ini banyak yang bernilai ekonomi, seperti patin dan patin siam (P. hypophthalmus syn. P. sutchi, atau beberapa pustaka menyebutnya jambal siam). Beberapa anggotanya yang hidup di Sungai Mekong dikenal berukuran sangat besar, mencapai panjang dua meter lebih.

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Kamis, 24 November 2011

Toman / Iwak Tauman


Toman adalah nama sejenis ikan buas dari suku ikan gabus (Channidae). Memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan gabus, toman dapat tumbuh besar mencapai panjang lebih dari satu meter dan menjadi spesies yang terbesar dalam sukunya.

Ikan toman dalam bahasa Inggris dikenal sebagai red snakehead, redline snakehead merujuk pada warna tubuhnya ketika muda, atau Malabar snakehead. Nama snakehead mengacu pada bentuk kepalanya yang menyerupai kepala ular. Sementara nama ilmiahnya adalah Channa micropeltes.

Ikan toman yang masih muda. Menurut Bleeker, 1878

Toman bakar di atas pemanggang

Toman yang diasinkan

Ikan yang berkepala besar dan
bermulut besar serta bergigi runcing
tajam. Tubuh bulat panjang seperti torpedo dengan ekor membulat.

Ikan dewasa berwarna hitam
kebiruan, dengan perut putih atau
keputihan. Anak-anaknya berwarna
kemerahan, dengan garis hitam dan
jingga di sisi tubuhnya. Ikan toman dapat tumbuh sampai mendekati 1,5 m panjangnya.

Toman tergolong kepada ikan buas,
yakni predator yang memangsa aneka jenis ikan lainnya, serta hewan-hewan lain seperti serangga dan kodok yang berada di lingkungannya.

Ikan ini memiliki kebiasaan ‘mengasuh’ anak-anaknya. Induk ikan seringkali didapati berenang di sekitar kelompok anak-anak toman
yang masih kecil-kecil. Dilaporkan
pula bahwa induk semacam ini juga tidak segan-segan menyerang orang yang berenang terlalu dekat, yang dikhawatirkan akan mengganggu anak-anaknya.

Ikan toman menyebar luas di Indonesia bagian barat (Sumatra, Jawa, Kalimantan dan pulau-pulau sekitarnya), Malaysia, Thailand, Laos, Vietnam, India, dan mungkin pula Myanmar. Keberadaannya di India barat daya (Tamilnadu dan Kerala) terasa janggal, karena terpisah sekitar 2500 km dari wilayah sebarannya yang lain di Asia Tenggara. Ikan ini diperkirakan dibawa masuk ke India oleh peradaban manusia sebelum abad ke-19.

Ikan toman merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang digemari. Dagingnya yang putih lembut menjadikan toman sebagai salah satu favorit untuk ikan bakar, digulai atau dimasak sup. Toman juga kerap diasinkan dan dijual ke Jawa sebagai ‘ikan gabus’ asin.

Di Singapura, toman dipelihara di kolam-kolam dan saluran untuk
rekreasi memancing. Ikan ini disukai pemancing karena ‘tarikannya’ yang kuat ketika menyambar umpan di ujung kail.

Ikan toman yang muda berwarna
indah dan disukai sebagai ikan akuarium. Karenanya, ikan ini kerap diekspor sebagai ikan hias ke
mancanegara, termasuk ke Amerika Serikat.

Belakangan ikan-ikan ini menimbulkan masalah di sana.
Tahun 2002 dan 2003 ditemukan empat ekor toman di perairan di Maryland dan Wisconsin. Diduga,
ikan-ikan ini terlepas atau dilepaskan dari akuarium. Keberadaan ikan-ikan ini telah menggelisahkan pihak yang berwenang di negara itu karena dikhawatirkan akan berbiak, menginvasi dan mengganggu keseimbangan komunitas alami di perairan setempat.

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Ikan Gabus / Iwak Haruan


Ikan gabus adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di berbagai daerah: aruan, haruan
(Mly.,Bjn), kocolan (Btw.), bogo (Sd.) , bayong, bogo, licingan (Bms.), kutuk (Jw.), kabos (Mhs.) dan lain- lain. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama seperti
common snakehead, snakehead
murrel, chevron snakehead, striped
snakehead dan juga aruan. Nama
ilmiahnya adalah Channa striata
(Bloch, 1793).


Kepala ikan gabus

Ikan darat yang cukup besar, dapat
tumbuh hingga mencapai panjang 1 m. Berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular (sehingga dinamai snakehead), dengan sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya.
Sisi atas tubuh --dari kepala hingga
ke ekor-- berwarna gelap, hitam
kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata, bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam.

Ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Ikan ini memangsa aneka ikan kecil-kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain termasuk berudu dan kodok.
Seringkali ikan gabus terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan di sana. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui ‘berjalan’ di daratan, khususnya di malam hari di musim kemarau, mencari tempat lain yang masih berair. Fenomena ini adalah karena gabus memiliki kemampuan bernapas langsung dari udara, dengan menggunakan semacam organ labirin (seperti pada ikan lele atau betok) namun lebih primitif.
Pada musim kawin, ikan jantan dan betina bekerjasama menyiapkan
sarang di antara tumbuhan dekat tepi air. Anak-anak ikan berwarna jingga merah bergaris hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari untuk mencari makanan. Kelompok muda ini dijagai oleh induknya.

Ikan gabus menyebar luas mulai dari Pakistan di barat, Nepal bagian selatan, kebanyakan wilayah di India, Bangladesh, Sri Lanka, Tiongkok bagian selatan, dan sebagian besar wilayah di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Gabus dan kerabatnya termasuk
hewan Dunia Lama, yakni dari Asia
(genus Channa) dan Afrika (genus Parachanna). Seluruhnya kurang
lebih terdapat 30 spesies dari kedua
genus tersebut.
Di Indonesia terdapat beberapa
spesies Channa; yang secara alami
semuanya menyebar di sebelah barat Garis Wallace. Namun kini gabus sudah diintroduksikan ke bagian
timur pula.
Salah satu kerabat dekat gabus adalah ikan toman (Channa micropeltes), yang panjang tubuhnya dapat melebihi 1 m dan beratnya lebih dari 5kg.

Sebetulnya ikan gabus memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ikan-ikan gabus liar yang ditangkap dari
sungai, danau dan rawa-rawa di Sumatra dan Kalimantan kerap kali diasinkan sebelum diperdagangkan
antar pulau. Gabus asin merupakan salah satu ikan kering yang cukup mahal harganya. Selain itu ikan gabus segar, kebanyakan dijual dalam keadaan hidup, merupakan sumber protein yang cukup penting bagi masyarakat desa, khususnya yang berdekatan dengan wilayah berawa atau sungai.

Ikan gabus juga merupakan ikan pancingan yang menyenangkan. Dengan umpan hidup berupa
serangga atau anak kodok, gabus
relatif mudah dipancing. Namun
giginya yang tajam dan sambaran
serta tarikannya yang kuat, dapat
dengan mudah memutuskan tali pancing.Untuk masyarakat desa yang khususnya petani, ikan gabus sangat membantu memusnahkan hama, misalnya: sawah yang banyak di huni oleh hama keong, sering kali berujung dengan gagal panen, akibat dari ulah keong yang sering memakan padi, terutama di usia muda. Namun beberapa petani menemukan cara yang cukup mudah dan sangat membantu, yaitu, dengan mengembang biakan ikan gabus di sawah-sawah yang sedang di garapnya, dengan demikian keong-keong yang banyak merugikan petani sedikit demi sedikit akan berkurang, Akan tetapi ikan ini juga dapat sangat merugikan, yakni apabila masuk ke kolam-kolam pemeliharaan ikan (Meskipun beberapa kerabat gabus di Asia juga sengaja dikembangbiakkan sebagai ikan peliharaan). Gabus sangat rakus memangsa ikan kecil-kecil, sehingga bisa menghabiskan ikan-ikan yang dipelihara di kolam, utamanya bila ikan peliharaan itu masih berukuran kecil.

Sejak beberapa tahun yang lalu di
Amerika utara, ikan ini dan beberapa kerabat dekatnya yang sama-sama termasuk snakehead fishes diwaspadai sebagai ikan berbahaya, yang dapat mengancam kelestarian biota perairan di sana. Jenis-jenis snakehead sebetulnya masuk ke Amerika sebagai ikan akuarium. Kemungkinan karena kecerobohan, maka kini snakehead juga ditemui di alam, di sungai-sungai dan kolam di Amerika. Dan karena sifatnya yang buas dan invasif, Pemerintah Amerika khawatir ikan-ikan itu akan cepat meluas dan merusak keseimbangan alam perairan.

Diketahui bahwa ikan ini sangat kaya akan albumin, salah satu jenis protein penting. Albumin diperlukan tubuh manusia setiap hari, terutama dalam proses penyembuhan luka-luka. Pemberian daging ikan gabus atau ekstrak proteinnya telah dicobakan untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah dan membantu penyembuhan beberapa penyakit.

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Sepat Mutiara


Sepat mutiara (Trichogaster leeri) adalah sejenis ikan hias air tawar anggota suku gurami (Osphronemidae). Dalam bahasa Inggris disebut Pearl gourami, Mosaic gourami atau Lace gourami merujuk pada pola warna berbintik-bintik indah dengan garis hitam di sisi tubuhnya.

Ikan yang bertubuh pipih dan
bermoncong runcing sempit, panjang keseluruhan beserta ekor hingga 120mm. Berwarna abu-abu atau kebiruan dengan pola butir-butir berwarna kehijauan atau keperakan serupa mutiara banyak sekali. Sebuah pita berwarna gelap berjalan pada tengah sisi tubuh, mulai dari ujung moncong melewati mata dan berakhir dengan sebuah bintik pada pangkal ekor. Hewan jantan lebih berwarna- warni, dengan tenggorokan dan sirip dubur bagian depan berwarna kemerahan.

Rumus sirip dorsal, V-VII (jari-jari keras atau duri) dan 8–10 (jari-jari lunak); dan sirip anal XII-XIV, 25– 30. Gurat sisi 30–37 buah. Panjang standar (tanpa ekor) kira-kira 2,4 kali tinggi badan. Sepasang jari- jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek.
Sepat mutiara menyebar mulai dari Thailand, Malaysia, Sumatra, hingga Kalimantan. Ikan ini merupakan penghuni rawa-rawa dataran rendah yang berair sedikit asam. Ikan ini biasanya senang berada dekat permukaan hingga setengah kedalaman air.



Untuk memelihara sepasang sepat
mutiara sebaiknya digunakan kolam
atau akuarium berukuran sekurang-kurangnya 60 liter; lebih besar ukurannya akan lebih baik, karena
ikan ini akan menunjukkan gejala
stres apabila merasa terbatasi ruangannya.Suhu air sebaiknya berkisar antara 22–28 °C (72–82°F). Permukaan airnya hendaknya berhubungan langsung dengan udara terbuka, agar organ labirin ikan ini dapat berfungsi dengan baik. Kelengkapan akuarium yang
diperlukan di antaranya adalah
substrat dan ornamen yang sesuai, tetumbuhan air, filter air,
pencahayaan, serta perawatan.

Sepat mutiara adalah ikan yang cinta damai. Ikan ini dapat hidup
bercampur dengan jenis-jenis ikan
lainnya, namun sebaiknya jangan
digabungkan dengan ikan-ikan yang bersifat agresif atau terlalu aktif. Juga perlu dijaga agar akuarium tidak terlalu penuh agar sepat mutiara tidak gelisah. Tandanya, sepat jantan dapat tiba-tiba saja menyerang atau menggertak ikan lain yang terasa mengganggunya.

Sepat mutiara adalah hewan omnivora, pemakan segala. Di akuarium, ikan ini dapat diberi pakan kering seperti pelet atau cacing tubifex kering. Sesekali, juga dapat diberikan pakan hidup seperti udang renik.

Untuk tempat memijah, akuarium
perlu dilengkapi dengan tanaman air yang mengapung. Di sini ikan jantan akan membuat sarang busa atau sarang gelembung dari air ludahnya, sebagai tempat memijah dan menyimpan telur hingga menetas nanti. Percumbuan dan pemijahan akan berlangsung di sarang ini, dan sesudah telur dikeluarkan dan dibuahi, sepat betina akan diusir keluar oleh si jantan.Sebagaimana jenis-jenis sepat lainnya, jantan sepat mutiara akan menjagai telur-telur ini hingga menetas.

Sekali memijah biasanya betina akan mengeluarkan 150–200 butir telur. Telur ikan akan menetas setelah 24 jam kemudian. Beberapa hari berikutnya burayak (anak-anak ikan) mulai aktif berenang. Pada saat itu hendaknya ikan jantan dipisahkan dari anak-anaknya, agar burayak- burayak itu tidak dimakannya. Anak-anak ikan mula-mula dapat diberi pakan udang renik, dan minggu-minggu berikutnya dapat diberi pakan kering yang dihaluskan.

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Sepat Rawa


Sepat rawa, Trichogaster trichopterus, atau sering disebut sepat (biasa) adalah sejenis ikan anggota suku gurami (Osphronemidae). Seperti kerabatnya yang bertubuh lebih besar, sepat siam (T. pectoralis), ikan ini merupakan ikan konsumsi yang disukai orang, meski umumnya hanya bernilai lokal. Namun di samping itu terdapat pula varian-varian hiasnya yang berwarna menarik, yang populer sebagai ikan akuarium.

Ikan ini banyak dikenal dengan
nama-nama lokal seperti sepat
sawah, sepat jawa, sepat biru, sepat
ronggeng (Mly.), sapek (Min.) dan lain-lain. Dalam perdagangan ikan
hias, bergantung pada varietasnya,
ikan ini dikenal dengan nama-nama
(Ingg.) seperti Three spot gourami, Blue gourami, Cosby gourami, Gold gourami, Golden gourami, serta Opaline gourami.

Ikan yang bertubuh pipih dan
bermoncong runcing sempit, panjang total hingga 120mm. Perak buram kebiruan atau kehijauan, dengan beberapa pita miring berwarna gelap, serta bercak hitam masing-masing sebuah pada tengah sisi tubuh dan pada pangkal ekor. Namanya dalam bahasa Inggris, Three spot gourami, merujuk pada kedua bintik hitam itu, ditambah dengan mata sebagai bintik yang ketiga. Sirip ekor berlekuk (berbelah) dangkal, berbintik-bintik.

Warna tubuh ikan ini amat bervariasi, baik perimbangan terang gelapnya maupun pola-pola warna tubuhnya. Demikian pula bilangan jari-jari pada sirip-siripnya. Rumus sirip dorsal, VI-VIII (jari-jari keras atau duri) dan 8–9 (jari-jari lunak); dan sirip anal X-XII, 33–38. Gurat sisi 30– 40 buah. Panjang standar (tanpa ekor) 2,3–2,5 kali tinggi badan. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek.

Varian liar yang berwarna gelap, lk. 74mm SL

Sepat rawa menyebar di Indocina, terutama di lembah Sungai Mekong, dan di Indonesia barat, yakni di Sumatra, Kalimantan dan Jawa.Sekitar tahun 1938, sepat ini
dimasukkan ke Danau Tondano dan tempat-tempat lain di Sulawesi. Ikan ini hidup di rawa-rawa, danau, aliran-aliran air yang tenang, dan umumnya lahan basah di dataran rendah termasuk sawah-sawah serta saluran irigasi. Di saat musim banjir, penyebarannya meluas mengikuti aliran banjir ini. Sepat rawa memangsa zooplankton, krustasea kecil dan aneka larva serangga. Pada musim berbiak, ikan jantan membangun sebuah
sarang busa untuk menampung dan memelihara telur-telur sepat betina, yang dijagainya dengan agresif.

Varian hias yang berwarna kebiruan

Sepat, sebagaimana kerabat dekatnya yakni tambakan, gurami, betok, dan cupang, tergolong ke dalam anak bangsa (subordo) Anabantoidei. Kelompok ini dicirikan oleh adanya organ labirin (labyrinth) di ruang insangnya, yang amat berguna untuk membantu menghirup oksigen langsung dari udara. Adanya labirin ini memungkinkan ikan-ikan tersebut hidup di tempat-tempat yang miskin oksigen seperti rawa-rawa, sawah dan lain-lain.

Bersama dengan sepat siam yang bertubuh lebih besar, ikan ini
merupakan ikan konsumsi yang
digemari dan cukup penting;
meskipun ikan segarnya umumnya
hanya bernilai lokal. Pada musim-
musim banjir, ikan sepat sering didapat dalam jumlah besar dan diasinkan untuk mengawetkannya. Ikan sepat asin merupakan
komoditas penting bagi wilayah-
wilayah bersungai besar seperti Jambi. Ikan sepat juga dapat difermentasi menjadi bekasam.
Sepat rawa yang telah diseleksi dalam penangkaran memiliki aneka pola warna. Ikan ini lebih populer
daripada sepat siam dalam perdagangan ikan hias. Sepat rawa
termasuk tahan dan mudah dipelihara dalam akuarium.

Sumber :
id.m.wikipedia.org

Sepat Siam


Sepat siam (Trichogaster pectoralis) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku gurami (Osphronemidae). Di Jawa Timur ia juga dikenal dengan nama sliper. Dalam bahasa Inggris disebut Siamese gourami (Siam
adalah nama lama Thailand) atau snake-skin gouramy, merujuk pada
pola warna belang-belang di sisi
tubuhnya.
Ikan rawa yang bertubuh sedang,
panjang total mencapai 25cm; namun umumnya kurang dari 20 cm. Lebar pipih, dengan mulut agak
meruncing.

Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. Rumus sirip punggungnya: VII (jari-jari keras atau duri) dan 10–11 (jari-jari lunak); dan sirip anal IX- XI, 36–38.

Ikan yang liar biasanya berwarna
perak kusam kehitaman sampai agak kehijauan pada hampir seluruh
tubuhnya. Terkadang sisi tubuh
bagian belakang nampak agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman, yang hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari belakang mata hingga ke pangkal ekor.

Seperti umumnya sepat, ikan ini menyukai rawa-rawa, danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang; terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air.Juga kerap terbawa oleh banjir dan masuk ke kolam- kolam serta saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Sebagian besar makanan sepat siam adalah tumbuh-tumbuhan air dan lumut. Namun ikan ini juga mau memangsa hewan-hewan kecil di air, termasuk ikan-ikan kecil yang dapat termuat di mulutnya. Ikan ini sering ditemui di tempat-tempat yang kelindungan oleh vegetasi atau sampah-sampah yang menyangkut di tepi air.

Ikan sepat siam menyimpan telur-
telurnya dalam sebuah sarang busa yang dijagai oleh si jantan. Setelah
menetas, anak-anak sepat diasuh
oleh bapaknya itu hingga dapat
mencari makanan sendiri.
Sebagaimana kerabat dekatnya yakni
tambakan, gurami, betok dan cupang, sepat siam tergolong ke dalam anak bangsa Anabantoidei. Kelompok ini dicirikan oleh adanya organ labirin (labyrinth) di ruang insangnya, yang amat berguna untuk membantu menghirup oksigen langsung dari udara. Adanya labirin ini memungkinkan ikan-ikan tersebut hidup di tempat-tempat yang miskin oksigen seperti rawa-rawa, sawah dan lain-lain. Akan tetapi, tak seperti ikan-ikan yang mempunyai kemampuan serupa (lihat misalnya ikan gabus, betok, atau lele), ikan sepat tak mampu bertahan lama di
luar air. Ikan ini justru dikenal amat mudah mabuk dan lekas mati jika ditangkap.

Penyebaran asli ikan ini adalah di
wilayah Asia Tenggara, terutama di lembah Sungai Mekong di Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam; juga dari lembah Sungai Chao Phraya . Ikan ini diintroduksi ke Filipina, Malaysia, Indonesia, Singapura, Papua Nugini, Sri Lanka, dan Kaledonia Baru. Sepat siam dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1934, untuk dikembangkan pembudidayaannya di kolam-kolam dan sawah. Tahun 1937, sepat ini dimasukkan ke Danau Tempe di Sulawesi dan sedemikian berhasil, sehingga dua tahun kemudian ikan ini mendominasi 70% hasil ikan Danau Tempe. Saat ini sepat siam telah meliar dan berbiak di berbagai tempat di alam bebas, termasuk di Jawa.

Sepat siam merupakan ikan
konsumsi yang penting, terutama
sebagai sumber protein di daerah pedesaan. Selain dijual dalam keadaan segar di pasar, sepat siam kerap diawetkan dalam bentuk ikan asin dan diperdagangkan antar pulau di Indonesia.
Tidak seperti jenis sepat yang lain,
sepat siam kurang populer sebagai
ikan akuarium. Namun terdapat beberapa varian yang berwarna cerah (putih, kuning atau merah) yang diperdagangkan sebagai ikan hias. Di Thailand, sepat siam merupakan salah satu dari lima ikan air tawar terpenting yang dibudidayakan untuk konsumsi maupun untuk akuarium.

Sumber :
id.m.wikipedia.org

PEMIJAHAN PAPUYU


Pemeliharaan induk :
1. Pemeliharaan induk di bak beton
ukuran 1 x 1 m
2. Induk diberi pakan pelet sebanyak
5% dari berat biomassa
tubuhnya per hari dengan frekuensi 1 kali sehari
3. Pergantian air total dan
pengamatan kematangan gonad
setiap bulan sekali

Seleksi Induk :
1. Seleksi induk dilakukan dengan
menangkap induk satu persatu dan
dilihat ciri-ciri kematangannya
2. Induk jantan siap pijah ditandai
dengan keluarnya cairan putih susu apabila diurut pelan alat kelaminnya
3. Induk betina siap pijah ditandai
perut terlihat membesar ke arah anus
dan lembek serta alat kelaminnya
berwarna kemerahan

Pemijahan :
1. Pemijahan dilakukan secara semi
buatan dengan penyuntikan hormon
ovaprim dengan dosis 0,5 ml/kg
berat induk.
2. Penyuntikan induk jantan dan betina dilakukan sebanyak satu kali
secara intramuscular atau di
punggung. Penyuntikan dilakukan
pada sore hari jam 17.00.
3. Induk jantan dan betina yang
sudah disuntik kemudian dicampur dalam satu akuarium dengan
perbandingan jumlah jantan : betina
adalah 4 : 1.
4. Pemijahan/ovulasi akan terjadi
pada malam hari (jam 22.00), dan
pada pagi harinya setelah selesai ovulasi induk ikan papuyu dipisahkan dari telur dan dikembalikan ke kolam induk

Penetasan Telur :
1. Telur yang terbuahi/hidup
berwarna bening ada bintik hitam,
sedangkan telur yang tidak terbuah/mati berwarna putih susu
2. Telur yang dikeluarkan induk Papuyu diinkubasi di akuarium
selama 20 – 24 jam hingga menetas
3. Selama masa inkubasi air
akuarium diberi aerasi dan telur yang mati disipon/dibersihkan

Semoga tulisan singkat ini dapat
memberikan tambahan informasi
teknik pembenihan ikan betok/papuyu
(Anabas testudeneus) dan tahapan
selanjutnya bisa dilihat pada
TAHAPAN PENDEDERAN BENIH PAPUYU

Sumber :
s-fd.blogspot.com/2010/01/pemijahan-papuyu.html

BIOLOGI IKAN PAPUYU


A. Klasifikasi
Ikan Papuyu sebenarnya sudah lama
dikenal masyarakat Indonesia
dibeberapa daerah. Dalam bahasa-
bahasa daerah ikan ini juga
dinamakan ikan Betik (Jawa dan Sunda), Papuyu (Kalimantan
Selatan), Puyu (Malaya dan
Kalimantan Timur), Puyu-puyu
(Padang), Puyo-puyo (Bintan),
geteh-geteh (Manado), dan kusang
(Danau Matanua). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing
gouramy atau climbing perch,
merujuk pada kemampuannya
memanjat ke daratan. Nama
ilmiahnya adalah Anabas testudineus
(Bloch, 1792).
Menurut Saanin (1984), Ikan Papuyu
diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Famili : Anabantidae
Genus : Anabas
Species : Anabas testudineus Bloch

B. Morfologi
Menurut Djuhanda (1981), tanda-
tanda utama ikan Papuyu adalah
bentuk lonjong lebih ke belakang pipih.
Kepala besar dan mulut tidak dapat
disembulkan. Semua badan kepalanya bersisik kasar dan besar-besar. Jari-
jari keras dari sirip perut dapat
digerakan untuk berjalan pada
permukaan lumpur yang kering.
Badan berwarna coklat agak hitam
kehiaju-hijauan .
1. Ikan yang umumnya berukuran
kecil, panjang hingga sekitar 25 cm,
namun kebanyakan lebih kecil.
Berkepala besar dan bersisik keras
kaku.
2. Sisi atas tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau
kehijauan. Sisi samping (lateral)
kekuningan, terutama di sebelah
bawah, dengan garis-garis gelap
melintang yang samar dan tak
beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan)
terdapat di ujung belakang tutup
insang.
3. Sisi belakang tutup insang
bergerigi tajam seperti duri.

C. Daerah Penyebaran
Ikan ini menyebar luas, mulai dari
India, Cina hingga Asia Tenggara
dan Kepulauan Nusantara di sebelah
barat Garis Wallace Daerah
penyebaran ikan Papuyu di Indonesia
meliputi Sumatera, Nias, Bintan, Sulawesi, Bangka, Sumbawa, Pati,
Ambon, Jawa, Bacau, Halmahera,
Kalimantan, dan Madura.

D. Kebiasaan/Behaviour
Dalam keadaan normal, sebagaimana
ikan umumnya, betok bernafas dalam
air dengan insang. Akan tetapi seperti
ikan gabus dan lele, betok juga
memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari
udara. Ikan ini memiliki organ
labirin (labyrinth organ) di kepalanya,
yang memungkinkan hal itu. Alat ini
sangat berguna manakala ikan
mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih
berair. Betok mampu merayap naik
dan berjalan di daratan dengan
menggunakan tutup insang yang
dapat dimegarkan, dan berlaku
sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat
terlalu lama bertahan di daratan, dan
harus mendapatkan air dalam
beberapa jam atau ia akan mati.

E. Habitat
Ikan Papuyu ditemukan di rawa- rawa, sawah, sungai kecil dan parit-
parit, juga pada kolam-kolam yang
mendapatkan air banjir atau
berhubungan dengan saluran air
terbuka. Ikan Papuyu dapat tumbuh
normal pada perairan dengan kisaran pH antara 4 – 8. Ikan Papuyu tahan
terhadap kekeringan dan terkadang
kuat hidup sampai satu minggu tanpa
air atau tinggal dalam lumpur sedikit
berair selama 1 – 2 bulan.

F. Makanan
Ikan Papuyu adalah golongan ikan
pemakan segala (omnivora), oleh
karena itu mudah diberikan makanan
tambahan atau buatan.Menurut
Mudjiman (1985), jumlah makanan
yang dikonsumsi oleh ikan secara umum berkisar antara 3 – 6 % dari
total berat ikan. Namun jumlah
makanan itu dapat berubah-ubah
tergantung pada suhu
lingkungannya. Ikan ini memangsa
aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil.

G. Pertumbuhan
Arifin (1991), menyatakan bahwa
pertumbuhan dapat dikatakan sebagai
pertambahan ukuran panjang atau
berat didalam waktu tertentu. Pertambahan ukuran ini karena
adanya proses hayati yang terus
menerus terjadi didalam tubuh
organisme. Kecepatan pertumbuhan
sangat tergantung kepada jumlah
makanan yang diberikan, ruang, suhu, kedalaman air, kandungan
oksigen dalam air, dan parameter
kualitas air lainnya. Makanan yang
didapat oleh ikan terutama di
manfaatkan untuk pergerakan,
memulihkan organ tubuh yang rusak, setelah itu kelebihan makanan yang
didapatkan digunakan untuk
pertumbuhan (Asmawi, 1986).
Pertumbuhan ikan Papuyu di alam
dapat mencapai ukuran >200 gram
per ekor dalam 1 tahun, sedangkan pertumbuhan dalam lingkungan
budidaya (kolam, fishpen/jaring
tancap) mencapai kisaran 70 - 100
gram per ekor selama 1 tahun.

H. Reproduksi
Ikan Papuyu berkembangbiak dengan cara induk betina mengeluarkan telur
yang dibuahi induk jantan dengan
mengeluarkan sperma. Pembuahan
terjadi diluar dengan cara tubuh induk
jantan menjepit tubuh induk betina
sambil mengeluarkan telur dan sperma

I. Telur
Telur ikan Papuyu berbentuk bulat
berwarna bening kekuningan dengan
sifat mengapung di air. 1 ekor induk
papuyu dapat memproduksi telur
sebanyak 15.000 – 30.000 tergantung berat dari ikan tersebut.

J. Larva
Larva ikan Papuyu berukuran
panjang < 1 mm berwarna bening
dengan bintik mata hitam. Pada umur
1 hari larva akan diam mengapung di permukaan air atau menempel pada
substrat, setelah umur 1 hari larva
mulai berenang aktif

Sumber :
s-fd.blogspot.com/2010/01/biologi-ikan-papuyu.html

Senin, 21 November 2011

Bentuk-bentuk awan yang menakutkan

Delapan foto unik, gambar awan dengan bentuk yang lain dari biasanya. Meski tampak “terlalu indah” seperti khayalan, semua karya fotografi terbaik ini bukan rekayasa. Semua bentuk awan adalah asli apa adanya, walau pada sebagian foto ditambahkan efek warna. Gambar awan yang indah sekaligus menakutkan. Weird, Rare Clouds and the Physics Behind Them, demikian judul yang ditulis Wired Science.

Diambil Blog Berita dari situs-situs terpercaya National Geographic, koran
Guardian, dan Wired Science. Yang menjepret adalah fotografer- fotografer profesional di sejumlah negara, antara lain Amerika Serikat, Selandia Baru, Skotlandia, dalam kurun waktu belasan tahun terakhir.









Sumber :
harianblogger.blogspot.com

Selasa, 15 November 2011

Ternyata, Minum Sambil Berdiri Itu Beresiko!


Air adalah salah satu kebutuhan primer manusia. Sehabis
makan atau setelah olahraga,
minum air adalah hal yang pasti
dilakukan oleh setiap orang.

Tapi tahukah kalian, kalau minum
sambil berdiri itu membahayakan
kesehatan?

Jadi begini, Sodara-sodara. Di
dalam tubuh kita terdapat sebuah
organ yang bernama Sfringer.

Sfringer adalah suatu struktur
maskuler (berotot) yang bisa
membuka (sehingga air kemih bisa
lewat) dan menutup. Setiap air
yang kita minum bakal disalurkan
pada ‘pos-pos’ penyaringan yang berada di ginjal.

Organ sfringer bertugas untuk
menyaring cairan yang masuk ke
dalam tubuh.

Nah, ada penelitian menyatakan
kalau sfringer tidak akan berfungsi
baik, kalau kita minum sambil
berdiri. Sehingga, air yang masuk
ke tubuh, tak tersaring. Ini akan
menyebabkan bakteri dan kuman yang terdapat dalam air, akan
masuk ke dalam tubuh. Ngeri kan?

Oleh karena itu, sebelum anda
menenggak air, duduklah terlebih
dahulu. Agar sfringer dapat
bertugas dengan baik dan benar.

Sumber :
gugling.com/2011/07/15/ternyata-minum-sambil-berdiri-itu-beresiko/

Selasa, 08 November 2011

5 Masjid Terbesar di Indonesia

Mungkin, pembaca semua sudah
sering membaca atau mendapatkan
informasi mengenai masjid-masjid
terbesar di Dunia, tapi terkadang kita
tidak mengenal masjid-masjid
terbesar yang ada di Indonesia .

Untuk itu saya akan coba memberikan
informasi yang mudah-mudahan
bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan saudara semua.
Berikut ini saya informasikan 5 Masjid Terbesar di Indonesia :

1. Masjid Istiqlal Jakarta





Masjid Istiqlal Jakarta merupakan
salah satu masjid terbesar yang ada
di Indonesia, bahkan menurut
beberapa informasi adalah salah satu
Masjid Terbesar di Asia Tenggara.

Masjid Istiqlal berada di timur laut
lapangan Monumen Nasional
(Monas). Bangunan utama masjid ini
terdiri dari lima lantai. Masjid ini
mempunyai kubah yang diameternya
45 meter. Masjid ini mampu menampung orang hingga lebih dari
200.000 (dua ratus ribu) jamaah.

Luas tanah 12 ha, dan Luas
bangunan 7 ha.

2. Islamic Center Samarinda





Masjid Islamic Center Samarinda adalah masjid yang terletak di Teluk Lerong
Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan
Timur, Indonesia, yang merupakan
masjid termegah dan terbesar kedua
di Asia Tenggara setelah Masjid
Istiqlal. Dengan latar depan berupa tepian sungai Mahakam, masjid ini
memiliki menara dan kubah besar
yang berdiri tegak.

Masjid ini memiliki luas bangunan
utama 43.500 meter persegi. Untuk
luas bangunan penunjang adalah
7.115 meter persegi dan luas lantai
basement 10.235 meter persegi.
Sementara lantai dasar masjid seluas 10.270 meter persegi dan lantai
utama seluas 8.185 meter persegi.
Sedangkan luas lantai mezanin
(balkon) adalah 5.290 meter persegi.

Dan menurut beberapa sumber,
masjid ini menjadi salah satu masjid
termegah,dan indah yang ada di
Indonesia dan Asia tenggara.

3. Masjid Raya Baiturrahman, Aceh





Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid yang berada di pusat Kota
Banda Aceh, Masjid ini cukup terkenal
di Indonesia bahkan di Dunia, karena
memiliki keindahan arsitektur dan
nilai sejarahnya.

Nama Masjid Raya Baiturrahman ini
berasal dari nama Masjid Raya yang
dibangun oleh Sultan Iskandar Muda
pada tahun 1022 Hijriah bersamaan
dengan tahun 1612 Miladiyah.
Riwayat lain menyebutkan bahwa yang mendirikan Masjid Raya
Baiturrahman di Zaman kerajaan
Aceh ialah Sultan Alidin Mahmudsyah
pada tahun 1292 Miladiyah

luas ruangan dalam Masjid menjadi
4.760 M2 berlantai marmer buatan
Italia, jenis secara dengan ukuran 60
x 120 cm dan dapat menampug 9.000
jama’ah. Dengan perluasan tersebut,
Masjid RAya Baiturrahman sekarang memiliki 7 kubah, 4 menara, dan 1
menara induk. Dari masa kemasa
Masjid Raya Baiturrahman telah
berkembang pesat baik ditinjau dari
segi arsitektur, peribadatan maupun
kegiatan kemasyarakatan sesuai dengan perkembangan, luas area
Masjid Raya Baiturrahman ± 4 Ha,
didalamnya terdapat sebuah kolam,
menara induk dan bagian halaman
lainya ditumbuhi rumput yang ditata
dengan rapid dan indah diselingi tanaman/pohon hias.

4. Masjid Modern Al Markaz Al Islami, Makasar





Masjid Al Markaz Al Islami Makasar
adalah sebuah masjid yang berada di
Jalan Mesjid Raya, kecamatan
Bontala, Kota Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan.

Masjid ini memiliki ciri khas dari
bangunan nya yang megah dan
berarsitektur indah. Arsitektur Al
Markaz Al Islami banyak dipengaruhi
oleh Masjidil Haram di Makkah dan
Masjid Nabawi di Madinah Al Munawwarah.

Menempati luas areal 72.229 m2
atau 7,229 ha, didirikanlah Masjid
Al-Markaz Al-Islami. Pemancangan
tiang pertamanya dilakukan dalam
suatu upacara khidmat pada tanggal 8
Mei 1994.

5. Masjid Dian Al-Mahri, Depok





Masjid Dian Al-Mahri Depok atau
yang lebih dikenal dengan sebutan
Masjid Kubah Emas adalah masjid
yang berada di Kecamatan Limo,
Depok

Masjid Dian Al-Mahri sendiri
dibangun oleh keluarga Dian Djurian
Maimum Al-Rasyid. Ia pengusaha
asal Banten yang lama bermukim di
Arab Saudi. Masjid ini mulai
dibangun pada tahun 1999 dan dibuka untuk umum pada tahun 2006.
Luasnya 50 hektar, dengan bangunan
utama masjid berukuran 60×120
meter atau 8000 meter
persegi.Demikian besarnya, Masjid
Dian Al-Mahri sanggup menampung 20.000 orang sekaligus.

Adalah kubah masjid yang
menjadikan Masjid Dian Al-Mahri
magnit bagi banyak umat Muslim di
Indonesia. Kubahnya terbuat dari
emas murni 24 karat. Di seluruh
dunia ini, tak banyak masjid yang seperti ini. Hanya ada 8 buah, dan
Masjid Dian Al-Mahri terbilang yang
paling baru di antara 8 Masjid Kubah
Emas.

Totalnya, Masjid Dian Al Mahri
memiliki 5 kubah yang
melambangkan jumlah rukun Islam.
Satu kubah utama dan 4 kubah kecil.
Uniknya, seluruh kubah dilapisi emas
setebal 2-3 mm dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai
kubah Taj Mahal. Kubah tersebut
memiliki diameter bawah 16 meter,
diameter tengah 20 meter, dan tinggi
25 meter. Sementara 4 kubah kecil
memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter.

Selain itu, interior dalamnya pun
ekstra mewah. Ada lampu gantung
yang didatangkan langsung dari
Italia seberat 8 ton. Porselen dan
beberapa ornamennya khusus
diimpor dari Italia. Langit-langit kubah juga dilapisi lukisan yang bisa
menyesuaikan dengan kondisi fisik
pada waktu sholat. Biru langit jika
siang dan gelap berbintang jika
malam hari.

————————————————
——————————————–

Itulah beberapa masjid terbesar dan
termegah yang ada di Indonesia
, mudah-mudahan tidak hanya besar
dan megahnya saja, masjid
sebagaimana fungsinya harus
menjadi bagian dari tegaknya Agama Islam di Indonesia ini, semoga
masyarakat sekitar senantiasa
memakmurkan masjid-masjid
tersebut dengan kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat.
dan .. terakhir .. rencananya akan
ada lagi masjid besar yang dibangun
di Indonesia, tepatnya Masjid Raya
Sriwijaya di Palembang Sumatera
Selatan.

sumber-sumber :
¤ wikipedia.org
¤ http://info.g-excess.com/id/info/
AlmarkazaMasjidModernMakasar.
info
¤ http://
islamiccentersamarinda.blogspot.
com/
¤ http://www.detiknews.com/
read/2008/09/22/113024/
1010165/627/kemilau-masjid-
kubah-emas-depok